Nama : Adhityo N
Kelas : 1IA01
NPM : 50413181
Hidup
bermasyarakat adalah hubungan antar individu-individu maupun antar kelompok dan
golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat juga berarti
kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing berinteraksi,
member dan menerima (take and give). Hubungan antar individu ini pun diikat
oleh ikatan yang berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para
anggota. Norma dan nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para
anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu.
Solidaritas, toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit
salah satu anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya.
Dari hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada
kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada
kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai
persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan
dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat.
A. Perbedaan Kepentingan
Perbedaan
kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan.
Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu,
misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu
termasuk antara mayoritas dan minoritas. Maksudnya adalah pendapat atau
kepentingan seseorang yang berbeda dengan yang lainnya. Terkadang bisa
menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara damai atau sebaliknya berakhir
secara anarkis.
Namun jika
dicermati, perbedaan kepentingan dapat disiasati dengan saling bertoleransi dan
meningkatkan solidaritas antar masyarakat agar bisa tetep hidup berdampingan
dalam suasana yang harmonis.
B. Prasangka Diskriminasi dan
Ethosentris
Prasangka berarti
membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek
tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian
berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan
yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka
juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi
sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
John E.
Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori :
-
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
-
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
-
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam
bertindak.
Beberapa
jenis diskriminasi terjadi karena prasangka dan dalam kebanyakan masyarakat
tidak disetujui.
Diskriminasi merujuk
kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu
tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian
untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika
seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan,
aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan
dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi
langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas
menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan
sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi
tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan
Diskriminasi
di tempat kerja. Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk: dari
struktur gaji, cara penerimaan karyawan, strategi yang diterapkan dalam
kenaikan jabatan, atau kondisi kerja secara umum yang bersifat
diskriminatif.
Diskriminasi
di tempat kerja berarti mencegah seseorang memenuhi
aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang
dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi
berdasar pada pendapat bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol
produktivitas pekerja secara individual. Alhasil, pengusaha cenderung
menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras
atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu
memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Ethosentris
Etnosentrisme,
yaitu suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya
orang lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya.
Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak
kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan
sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat
menguntungkan bagi dirinya.
Terdapat 2
jenis etnosentris yaitu:
1. etnosentris infleksibel yakni suatu
sikap yang cenderung bersifat
subyektif
dalam memandang budaya atau tingkah laku orang lain,
1. Etnosentris fleksibel yakni suatu
sikap yang cenderung menilai tingkah
laku orang
lain tidak hanya berdasarkan sudut pandang budaya sendiri tetapi juga sudut
pandang budaya lain
C. Pertentangan Sosial Ketergangan Dalam Masyarakat
Pertentangan-Pertentangan
Sosial / Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik
(pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
-
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat
di dalam konflik
- Unti-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam
dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai,
sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan
-
Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat :
Pada taraf
di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri
seseorang.
Pada taraf
kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu,
dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
Para taraf
masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai
dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang
bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta
minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis
didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-kebudayaan
lain.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1.
Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik
yagn diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri
2.
Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan
terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3.
Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi
4.
Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok
minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk
melakukan kegiatan bersama
5.
Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
6.
Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak.
D. Golongan-golongan Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
Masyarakat
majemuk dan Nasional Indonesia
Masyarakat
Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional yang
berwujud Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya dikemukakan aspek dari
kemasyarakatan tersebut:
- Suku
bangsa dan kebudayaan, Indonesia terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan
berbagai kebudayaan.
- Agama,
Indonesia memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai kepercayaan.
- Bahasa,
pada suku-suku bangsa yang bermacam-macam itu terikat oleh bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
- Nasional
Indonesia, adalah merupakan kesatuan solidaritas yang terbentuk sebagai hasil
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Integrasi Sosial
Integrasi
berasal dari bahasa inggris ”integration” yang berarti kesempurnaan
atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Integrasi
memiliki 2 pengertian, yaitu :
-
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam
suatu sistem sosial tertentu.
-
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan
yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun
konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya
konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat
tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota
masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut
konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang
batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Bentuk
Integrasi Sosial :
-
Asimilasi, yaitu pembauran Kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli.
-
Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli.
Faktor-Faktor
Pendorong :
A. Faktor
Infernal :
- Kesadaran
diri sebagai makhluk sosial
- Tuntutan
kebutuhan
- Jiwa dan
semangat gotong royong
B. Faktor
External :
- Tuntutan
perkembangan zaman
- Persamaan
kebudayaan
- Terbukanya
kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
- Persaman
visi, misi, dan tujuan
- Sikap
toleransi
- Adanya
kosensus nilai
- Adanya
tantangan dari luar
Syarat
Berhasilnya Integrasi Sosial :
1. Untuk meningkatkan Integrasi Sosial,
Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan perbedaan/konflik yang ada
pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat merasa saling
dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.
E. Integrasi Nasional
Integrasi
nasional adalah kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga-lembaga masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi
nasional akan lahir jika integrasi sosial dalam masyarakat berjalan dengan
baik. Kesempurnaan dalam integrasi sosial sebuah masyarakat akan membentuk
kekuatan suatu bangsa. Perbedaan pendapat, keyakinan, suku, ras dan budaya
dapat diatas dengan tingginya solidaritas dan tenggang rasa antar masyarakat.
Sudah barang tentu integrasi nasional akan terbentuk dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar