Halaman

Kamis, 06 Desember 2012

kau adalah embun di hatiku... (terinspirasi dari Cindy JKT48)


Cindy , begitu aku memanggilnya. Titik-titik air yang jatuh dari langit di malam hari dan berada di atas dedaunan hijau yang membuatku damai berada di taman ini, seperti damai nya hatiku saat berada di taman ini, dan juga seperti damainya hatiku saat berada di samping wanita yang sangat aku kagumi, cindy.
“ngapain diam di situ, ayo sini nif…” teriakan cindy gulla, yang biasa ku panggil cindy yang memecahkan lamunanku. Aku lalu menghampirinya, dan tersenyum manis di hadapannya.
“gimana cin kabar mu sekarang?” ucapku
“seperti yang kamu lihat, tak ada kemajuan. Obat hanyalah media yang bertujuan memperparah keadaanku. Dan lihat saja saat ini, aku masih terbaring lemah di rumah sakit kan” keluh cindy pada ku
“obat bukan memperparah keadaanmu, tapi mencegah rasa sakitnya, cin… kamu harus optimis ya” gumam ku coba meyakinkan nya
“hei nif, aku selalu optimis, kamu nya aja yang cengeng. Kalo jenguk aku pasti kamu mau nangis, iya kan? Udahlah nif aku udah terima semua yang di takdirkan tuhan, dan saatnya aku untuk menjalaninya, kamu jangan khawatir aku baik-baik aja ko” benar kata cindy , aku selalu ingin meneteskan air mata, ketika melihat keadaannya lelaki setegar apapun, pasti akan sedih melihat keadaanya termasuk aku

Sudah 2 minggu tak kutemui senyum cindy di sekolah. Sangat sepi yang aku rasakan. Orang yang aku cintai sedang bertaruh nyawa melawan kanker otak yang telah merusak sebagian hidupnya. Apa? Cinta? Apakah benar aku mencintainya? Entahlah aku hanya merasakan sakit di saat melihat dia seperti ini. Ya tuhan, izinkanlah aku menggantikan posisinya. Aku tak ingin melihat wanita yang aku sayangi terbaring lemah di sana, tolong izinkan aku.
Seperti biasa, aku menyempatkan diri setelah pulang sekolah untuk pergi menjenguk cindy di rumah sakit.
“hai gulla, gimana nih kabarnya sekarang?” Ucap ku
“sudah merasa lebih baik di bandingkan hari kemarin, gimana keadaan sekolah kita?”
“baik juga, Cuma… ada yang kurang aja!” gumam ku pada nya
“hah… kurang apa nif?” balas nya yang sedikit terlihat kaget
“kurang, karena di sana aku gak bisa menemukan senyum mu cin” ucap ku membawakan bunga mawar putih
“ada ada aja kamu nif, hahahah O iya, kata dokter besok aku udah di izinin pulang loh aku senang banget, kamu bisa kan jempu aku?” balasnya dengan sedikit senyuman yang terlihat di wajahnya
“apa? Serius?” Tanya ku kaget sekaligus senang
“sejak kapan aku bisa bohong sama aku, aku serius hanif kharisma”
“gak perlu sebut nama lengkapku cindy gulla, aku percaya ko” senang sekali bisa melihat senyum dan tawa mu cin, dalam bathin ku

Waktu terasa cepat berlalu, karena sekarang aku sudah berada tepat di depan pintu kamar cindy. Aku mengetuknya dan…” pagi cindy

“pagi juga hanif, gimana? kamu dah siapkan antar aku kemanapun aku mau…?”

“siap tuan putri, aku selalu siap mengantarmu kemanapun kamu mau ucap ku sambil tertawa

“ok, sekarang aku pengen ke taman. Tempat kita pertama kali bertemu nif, kamu bisa antar aku ke sana kan?” pinta cindy pada ku

siap,ayo  berangkat” balas ku mengiyakan permintaan cindy

Taman ini menjadi tempat favorit kami. Sedih, suka, marah akan kami lontarkan di tempat ini. Tempat yang penuh dengan bunga-bunga yang kami tanam dari nol. Ya, taman ini karya kami. Taman yg terletak tepat di belakang gedung sekolah. 1 petak tanah yg tak pernah tersentuh oleh tangan manusia,entah apa alasan mereka. Tanah yang tandus, bunga yang layu telah kami sulap menjadi taman cinta yang begitu indah, yang di tumbuhi bunga-bunga kesukaan kami. Sejak cindy di rawat di rumah sakit, aku tak pernah mengunjungi taman ini, walaupun dekat dengan sekolahku.

nif, kenapa semua bunga di sini layu? apakah tak pernah kamu rawat?” Tanya cindy pada ku. Apa yang harus aku jawab, sebab aku tau, dia pasti marah.

“mereka layu karena tak ada kamu di sini cin” jawabku seadanya

aku? Bukannya tiap pagi selalu ada embun yg membasahinya?”

“tak ada yg lebih berarti selain kamu bagi tanaman ini, termasuk aku”  Jelasku yg membuat dia terdiam sesaat.

“maksud kamu?” cindy menatapku dalam.

“tak ada, mereka cuma butuh cindy gulla yang merawatnya, bukan embun biasa dan aku. Mereka kesepian, karena sudah 2 minggu tak melihat senyum dan tawamu cin”.

“ya, aku menyadari itu. Sahabat, maafin cindy ya maaf selama ini cindy gak bisa merawat sahabat serutin kemarin. Itu karena kesehatan cindy yang semakin berkurang. Dulu cindy bisa berdiri sendiri, sekarang cindy harus menggunakan tongkat, kursi roda dan bahkan teman. Teman seperti hanif, yang bisa memapah cindy kemana pun. Makasih ya nif..”

“eh..ii iya, iya cindy, sama sama”

Sudah seharian kami di sini, tanpa di sadari cindy terlelap di pangkuanku. Menetes air mataku ketika melihat semua perubahan fisik yang terjadi padanya. Wajahnya yang pucat, tubuhnya yang semakin kurus, dan rambutnya yang semakin menipis, membuat aku kasihan. Kenapa harus embun yang mengalaminya? Tapi aku juga salut, tak pernah ada airmata di wajahnya. Dia sangat menghargai cobaan yang diberikan Tuhan kepadanya, dia selalu tersenyum, walaupun sebenarnya aku tau, ada kesedihan dibalik senyum itu.

nif…” desahnya

“iya cin, Kamu udah bangun ya? Kita pulang sekarang yuk “ ajakku ketika dia sadar dari mimpinya.

“aku mau di sini terus nif.. kamu mau kan nemenin aku. Aku mau menunggu embun datang membasahi tubuhku. Sudah lama sekali aku tak merasakannya”

“tapi angin malam gak baik buat kesehatan kamu”

“aku tau, tapi untuk terakhir kali nya nif, tolong banget ya”

“maksud kamu apa? Aku gak mau dengar kalimat itu lagi”.

“gak ada maksud apa-apa, kita gak tau takdir kan. Dah ahkalo kamu gak mau nemenin aku, gak apa-apa. Aku bisa sendiri”.

“gak mungkin aku gak nemenin kamu cindy.. percayalah… aku akan selalu ada untukmu”.

“ gitu dong,, itu baru sahabat aku.” Ucapnya sambil melihat bunga-bunga di sekelilingnya.

cindy…” ucap ku dengan nada rendah

“ya” balasnya singkat

“kamu suka dengan embun?” Tanya ku

“sangat, Aku sangat menyukainya, Embun itu bening, sangat bening. Dan bening itu menyimpan sejuta kesucian, Aku ingin seperti embun, bening dan suci. Menurutmu bagaimana?” balas cindy dengan nada rendah pula

“aku juga mencintai embun, Mencintai embun sejak mengenal kamu cin ucap ku

“nif, kamu tau… aku ingin seperti embun. Embun yang bisa hadir dan memberi suasana beda di pagi hari. Embun yang selalu di sambut kedatangannya oleh tumbuhan”.

“kamu sudah menjadi embun yang kamu inginkan, ko cin balas ku meyakinkan cindy

“maksudmu?” balas cindy bingung

“tak ada”

Aku sengaja merahasiakan perasaanku terhadapnya. Karena aku tau, tak ada kata “ya” saat aku menyatakan perasaanku nanti. dia tak mau pacaran, dan dia benci seorang kekasih, entah apa alasannya.


Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Cindy pun terlelap kelelahan di sampingku.

cin…cin…bangun cindy, sekarang sudah pagi. Katanya mau melihat embun, ayo bangun” bujukku, tapi tak kudengarkan sahutan darinya

“ayolah cindy, bangun  Jangan terlelap terlalu lama…” aku mulai resah, apa yg terjadi. Kurasakan dingin tubuhnya, tapi aku menepis fikiran negatif ku. Mungkin saja dingin ini berasal dari embun pagi.

cindy sayang, ayo bangun, Jangan buat aku khawatir” Lagi lagi tak kudengarkan sahutannya. Tubuhnya pucat, dingin, kaku. Aku mencoba membawanya kerumah sakit dengan usahaku sendiri kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Cindy sudah menghadap sang pencipta” itulah kata-kata dokter yang memeriksa embun yang membuat aku bagai tersambar petir. Aku lemah, jatuh, dan merasa bersalah. Kalau tak karena aku yang mengajaknya ke taman, mungkin tak kan seperti ini. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi… aku tak sanggup.


Beberapa bulan kemudian….
Aku temui surat berwarna biru dan ada gambar embun di surat itu.


Teruntuk hanif kharisma
Embun…
Titik titik air bening yg jatuh dari langit
Dan membasahi kelopak bunga yg aku sukai.
Aku ingin seperti embun, yang bisa hadir di hati orang
Yang menyayanginya. Tapi aku tak menemui siapa orang itu???

nif … makasih ya, dalam waktu terakhirku, kamu bisa menjadi embun di hatiku. Dan tak kan pernah aku lupakan itu. Nif.. maaf kalau sebenarnya aku suka sama kamu. Aku sengaja tak mengungkapkannya, karena aku tau.. sahabat lebih berharga di banding kekasih.

O ia nif,,, tolong rawat taman kita ya,, aku gak mau dia layu karena tak ada yang memperhatikannya lagi. Karena taman itu adalah tempat pertemuan kita pertama dan terakhir kalinya.
sekali lagi,, makasih dah jadi embun selama aku hidup dan tolong.. jadikan aku embun di hatimu ….

salam manis… Cindy gulla

cindy…kamu tau, pertama aku kenal kamu, kamu telah menjadi embun dihidupku, yang menyejukkan hatiku. Dan kamu adalah butiran bening yang selalu buat aku tersenyum, seperti embun yang selalu buatmu tersenyum.

Taman ini, bukan aku yg akan merawatnya, tapi kita. Dan taman ini tak akan pernah mati, karena kamu selalu ada di sini, di sini rumah mu.” Kalimat terakhirku ketika meletakkan setangkai bunga mawar yg aku ambil dari taman di atas pusaranya. Pusara yg terletak di tengah-tengah taman ini. Dan kunamai taman itu dengan nama embun. embun.. yang tak kan pernah mati…
Seperti kau yang tak pernah lenyap dari hati ku cin, kau adalah embun di hatiku…



Created by: Adhityo N
Follow my twitter: @adhityo_np

Jika anda ingin mengcopy teks ini harap cantum kan nama pengarang dan sumber. Arigatou J

5 komentar:

  1. keren min,terharu.ngomong2 ganti nama si hanif jadi yoshua lah :v biar real :v

    BalasHapus
  2. makasih yang udah mau ninggalin komentar, sering-sering deh main lagi

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus