Aku masih termenung dengan beribu pikiran yang tidak menentu. Galau menghinggapi diriku. aku menyadari benar kenapa ini terjadi dan menimpa
dirinya. Aku tidak tau kenapa sampai terjadi cinta yang seperti
ini. Cinta yang sudah lama menghinggapinya kini kandas. Benar kata orang bahwa
terkadang, kita tak akan pernah bisa merasakan indahnya dicintai
dengan tulus, jika kita tak pernah disakiti.
Hingga saat ini pun aku pun tidak tau
harus bagaimana lagi. Begitu indah sekaligus begitu menyakitkan. Tidak
pernah diduga sebelumnya. Hatinya telah terbagi dua.
“Melody,”
aku berguman sambil memandangi foto Melody. “Apakah
pantas aku mendampingimu? Kemana perginya kamu, Melody? Tidak sudikah kau temui
lagi sosok ku seperti yang dulu, seperti pertama kali kita
bersendau gurau, melepas tawa kita masing-masing?” aku terus memandangi foto Melody. Foto saat Melody begitu manjanya sambil
memegang batang Flamboyan minta difoto lewat kamera handphone aku. Ah, begitu cantik. Aku pun tersenyum. Ya, lebih
baik tersenyum karena kadang seseorang lebih memilih tersenyum hanya karena tak
ingin menjelaskan mengapa ia bersedih.
Memang sudah terlalu lama Melody mengisi
kehidupan ku. Mengisi hari-hari dimana aku merasa kosong pada saat itu mungkin hingga saat ini. Tapi mengapa disaat
seperti ini disaat aku mulai mengenal sosok
cewek yang begitu istimewa justru malah Gaby muncul ? Ah memang sulit untuk
mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang kita cintai, tapi lebih sulit
lagi ketika kenangan bersamanya tak mau hilang begitu saja.
“Gaby,
bersediakah kamu menggantikan Melody?” batin ku tiba-tiba terusik oleh bayang-bayang Gaby di benaknya. Terus bergejolak.
Bertanya-tanya. Mencari tau kemana hatinya kini ingin berlabuh. “Mengapa begitu
sulit menghilangkan jejakmu Melody. Malah semakin melekat disaat Gaby hadir
untuk mengisi kekosongan hatiku”
Lamunan ku pun buyar ketika handphonenya berbunyi. Ada
panggilan masuk. Dilihatnya darimana panggilan masuk itu.
“Gaby..” aku pun cepat-cepat menjawab panggilan dari seberang sana. “Hallo, ada apa Gaby?”
“Dhit, kamu ada dimana?”
“Di rumah. Ada apa Gab?” suara ku menyelidik
“Boleh aku meminta sesuatu padamu, Dhit?”
pinta Gaby dari seberang sana.
“Apa itu?” jawab ku sedikit penasaran
“Temani aku ke Toko Buku ya? Harus mau, Dhit.
Soalnya aku harus mendapatkan sebuah buku yang begitu penting banget”
“Kok maksa sih…?” aku mencoba mengelak
“Iya harus maksa. Pokoknya aku jemput sebentar
lagi. Kamu siap-siap ya Dhit. Pokoknya mau ga mau harus mau. Oke sebentar lagi
kujemput…”
“Ta…tapi Gab….”
Sudah
terputus hubungan telponnya. Tinggal aku yang kelabakan harus
berbenah diri cepat-cepat. Soalnya aku baru bangun tidur. “Ayo
tersenyumlah, Dhit dalam mengawali hari, karena itu menandakan bahwa kamu siap
menghadapi hari dengan penuh semangat!” begitu batin ku menghibur diri di depan cermin.
Kami berjalan bergandengan. Sepanjang perjalanan jemari Gaby tak lepas begitu
erat menggenggam tangan ku. Tiba-tiba darah ku berdesir hebat. Mengalir ke segala penjuru hingga
sampai ke otaknya. Mulai panas. Mataku mulai sedikit berkunang-kunang.
Lamunan ku pun menerawang jauh hingga Gaby mencubit pipi ku. Aku pun tersadar…
“Auwww…sakit Gab…!”
“Digandeng cewek cantik malah melamun, bukannya malah senang. Tuh semua cowok
pada mencuri pandang kearah aku. Kamu gak
cemburu?” Gaby begitu percaya diri berada di samping diriku.
“Maaf, Gab. Aku terlalu bahagia berjalan bergandengan bersama kamu” ucap ku membesarkan hati Gaby.
“Sungguh?”
“Iya,
sungguh. Makanya tadi aku melamun”
“Hmm….aku tersanjung, Dhit. Aku nyaman berada di samping kamu, Dhit” kepala Gaby pun bersandar di lengan ku. Gaby tersenyum. Ada gurat bahagia di wajah Gaby. Gambaran cinta telah merona di wajah Gaby. Dan semakin
eratlah pegangan tangan Gaby ke lengan ku.
“Adhit…”
tiba-tiba suara Gaby menyapa Adhit.
“Iya,
ada apa Gaby?” aku pun memandangi wajah Gaby.
Wajah yang begitu cantik, polos terpancar binar cinta. Ah, Gaby apakah benar
kamu pengganti cintaku yang hilang? Apakah benar kamu cewek istimewa pengganti Melody?
“Apakah
cintaku gak bertepuk sebelah tangan?” pertanyaan Gaby langsung ke lubuk hati ku yang paling dalam.
“Apakah
kamu merasa bertepuk sebelah tangan?” aku malah balik bertanya. Gaby
balas memandang wajah ku. Mencari tau mungkin
ada jawaban yang membahagiakan hati Gaby.
Aku pun tersenyum. Dibelainya rambut Gaby dengan penuh kasih sayang. Diusapnya air
mata yang akan menetes dari sudut mata Gaby.
“Dicintai
dan disayangi kamu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku” aku memberanikan diri untuk mengucapkannya.
“Dalam
hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta” jawab Gaby
dengan mata berkaca-kaca bahagia.
Aku pun terbuai dalam dekapan cinta Gaby. Melupakan segala kekusutan hati yang
selama ini terbelenggu oleh cinta Melody. Melody yang entah kemana perginya.
Membawa separuh hati ku. Separuh hidup ku. Separuh aku. Kata Noah dalam lagunya. Padahal aku masih tidak percaya kalau aku kini telah menjadi kekasih Gaby. Gaby dalam penilaian ku kini adalah cewek istimewa yang telah begitu hebatnya menggeser
bayang-bayang Melody. Menepis angan-angan bersama Melody. Gaby lah yang kini
mengisi cerita-cerita di dalam kehidupan ku. Bait demi bait iramanya begitu indah disenandungkan oleh hati. Ah, ini
benar-benar sebuah cerita cinta. Sebuah romansa yang bisa membuat ku melupakan Melody.
Pagi
itu, aku dikejutkan oleh suara panggilan dari Handphonenya. Aku pun cepat-cepat membukanya.
Dari siapakah gerangan. Ku lihat panggilan masuk
di handphone.
“Melody…” aku setengah terpekik. Jantung ku lebih cepat lagi berdetak.
Hampir tak terkontrol. aku coba menguasai dirinya.
“Halo….”
Jawab ku.
“Halo!
Ini Adhit…?” suara dari seberang sana.
“I..iyya….ini Mel….?” ucapku terbata.
“Iya…Adhit…kamu
dimana?”
“Di
kamar, Mel. Kamu kemana aja, ko menghilang begitu aja?” aku mulai memberanikan diri bertanya.
“Adhit…maukah
kamu menjemput aku di Bandara?”
“Iyyaa Melody….jam
berapa…?”
“Sekarang….! pokoknya aku tunggu sampai kamu datang…!”
Sebenarnya pikiran ku pun berkecamuk. Terlintas wajah Gaby manakala aku menyetujui pertemuannya dengan Melody. Ada rasa bersalah dalam diri ku terhadap Gaby. Sebuah pertemuan yang telah lama diimpikannya. Wajah yang
telah lama menghilang tiba-tiba akan muncul kembali. Melody, cewek istimewa idaman ku. Cewek istimewa yang telah pertama kali menggores hati ku. Ah, benar-benar aku ada dipersimpangan.
Entah akan kemana hati ku memilih jalan
dipersimpangan itu.
“Mel….!” Panggil ku setelah lama mencari-cari Melody di Bandara.
“Adhit….!” Balas Melody.
Kami pun saling berpelukan. Erat. Seolah tidak mau lepas. Kerinduan yang lama
terpendam kini terbayar lunas.
“Mel, kamu semakin cantik” puji ku setelah mereka duduk melepas lelah di lobby Bandara.
“Kamu juga semakin tampan, Dhit” balas Melody.
Kedua tangan kami tak lepas saling genggam. Sepanjang pertemuan itu kami lebih banyak diam. Lebih banyak hanya
hati kami yang saling bicara. Degup jantung kami semakin cepat berpacu. Semakin menambah
kegugupan kami. Hanya saling bergenggaman tangan. aku mencoba membelai rambut Melody.
“Mel,
apakah kamu selalu memikirkan aku disaat kamu jauh dari aku?” aku mencoba membuka pembicaraan.
Melody
masih terdiam. Kemudian ia memandang wajah ku. Wajah yang pernah menghiasai kehidupan ku. Begitu indah hidup Melody kala itu.
“Sampai
saat inipun aku gak pernah melupakan kamu, Dhit”
“Lalu
kenapa kamu meninggalkan aku dan pergi begitu saja tanpa aku tau kemana
perginya”
Melody
tidak langsung menjawab. Ia tertunduk. Mengalihkan pandangannya dari wajah ku. Banyak yang ingin ia ceritakan. Tapi rasanya berat untuk menceritakan hal
ini kepada ku.
“Karena
aku terlalu mencintaimu, Adhit. Banyak mimpiku tentang kamu. Mimpi tentang
cinta. Dan pada akhirnya sekMelng aku baru merasa bahwa kamu adalah cintaku
yang sejati” Dari lubuk hati Melody, ia ungkapkan perasaan itu kepada ku.
aku kini yang terdiam. Diam karena aku merasakan beban yang
begitu berat. Cinta yang terkadang selalu memberikan solusi yang sulit kita
terima. Karena ketika jatuh cinta, jangan berjanji tak saling menyakiti, namun
berjanjilah untuk tetap bertahan, meski salah satu tersakiti.
“Mel,
saat ini mungkin aku bukan lagi Adhit yang seperti dulu. Bukan lagi Adhit yang
bisa memberikan kenyamanan, memberikan ketenangan dalam meraih mimpi-mimpi
manismu” kata ku memberanikan diri sambil memandangi wajah Melody.
“Tidak Adhit.
Kamu sempurna. Sempurna dalam hatiku. Dalam cintaku. Kamu yang telah
menciptakan mimpi-mimpi manis tentang cinta dalam hidupku. Kamu yang telah
banyak mengajarkan bagaimana cara meraih mimpi-mimpi”
“Berhentilah mencari seseorang yang sempurna untuk
dicintai, lebih baik belajar dan persiapkan diri menjadi seorang yang pantas
untuk dicintai”
“Kamu sudah tidak mencintai aku lagi, ya Dhit?”
dekapan Melody makin erat di lengan ku. Seolah tidak mau kehilangan. aku kini semakin kacau. Kemudian ia coba
menenangkan Melody dengan membelai rambut Melody. Mengusap air mata yang
menetes di pipi Melody.
“Bukan itu, Mel. Aku masih menyayangi kamu. Aku masih
mencintaimu. Tapi aku tak bisa memilikimu”
Melody bisa memahami Melh pembicaraan ku. Melody melepaskan dekapan ku. Mencoba tegar dan menghapus air matanya
yang membasahi pipinya.
“Kalau boleh tau, siapa cewek yang telah berhasil
menaklukkan hatimu, Dhit?” Tanya Melody sambil mencoba tersenyum kepada ku
aku memandangi wajah Melody. Ia balas senyum Melody.
“Mel, meski tak dicintai oleh seseorang yang kamu cinta, tak berarti kamu merasa
tak berarti. Hargai dirimu dan temukan seseorang yang tahu itu”
Melody merenungi kata-kata ku. Melody merasa aku telah lebih dewasa kini. Aku mungkin benar-benar telah menjadi guru yang
terbaik dalam hidup Melody. Guru yang telah mengajarkan bagaimana caranya meraih mimpi-mimpi.
“Adhit, jika kamu tulus mencintanya,
jangan pernah hiasi matanya dengan air mata, telinganya dengan dusta, dan
hatinya dengan luka” ucap Melody
“Ya, aku sangat mencintainya. Dialah Gaby.
Cewek istimewa dalam kehidupanku. Aku tak bisa menghianatinya, Mel”
Melody mencoba tersenyum. Mencoba
berbesar hati. Ia pandangi wajah ku. ”Benar, Dhit karena orang yang pantas kamu tangisi tidak akan membuatmu
menangis, dan orang yang membuatmu menangis tidak pantas kamu tangisi. Selama
ini aku meninggalkan kamu karena aku ingin menguji diriku kira-kira siapa cinta
sejatiku kelak.”.
“Kamu pasti akan menemukan orang yang
pantas mendampingimu”
“Terima kasih, Adhit. Aku pasti akan sulit
melupakan kamu”
“Cobalah, Mel. Karena satu pelajaran penting tentang patah hati adalah jika dia mampu menemukan cinta yang
baru, begitu juga dirimu!”
“Iya, Dhit. Sekali lagi terima kasih
karena pernah mencintaiku. Salahku kenapa dulu aku tak mempedulikan
mimpi-mimpimu. Sekarang aku akan pergi
menjauh dari kehidupanmu”
“Kemana?”
“Aku akan kembali ke Australia melanjutkan
studiku. Orang tuaku telah menaruh hMelpan pada diriku”
“Selamat jalan, Melody”.
Melody melepaskan dekapannya. Kemudian
berjalan menjauhi diriku. Tak sanggup Melody
memandang wajah ku karena telah basah oleh
air mata. Entah bagaimana perasaan Melody saat itu karena aku pun hanya mampu berdiri. Diam sambil memandang tubuh Melody yang semakin
menjauh.
“Selamat
jalan Melody, jangan terlalu lama menangisi yang telah pergi, karena mungkin
nanti kamu akan bersyukur telah meninggalkan yang kamu tangisi saat ini” begitu
doa ku kepada Melody.
Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu…
Created
by: Adhityo N
Follow
my twitter: @adhityo_np
Jika anda ingin mengcopy teks ini harap cantum kan
nama pengarang dan sumber. Arigatou J
Bener2 gue banget ini. keren bro! pas banget oshimen gue melo ama gaby dan skrg lagi galau2nya milih diantara mereka -,- thanks bro
BalasHapus