Hubungan Manusia dan Kebudayaan
PENGERTIAN MANUSIA
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu
oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi
oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal
dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia
merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana
timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk
membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat
hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari
lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:
Siklus Hubungan Manusia
Gambar di atas menggambarkan bahwa lingkungan dan manusia atau
manusia dan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan sebagai ekosistem,
yang dapat dibedakan mejadi:
- Lingkungan alam yang befungsi sebagai sumber daya alam
- Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai sumber daya manusia
- Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber daya buatan
Kebutuhan manusia
Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia
mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat
alami.Manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan sesuatu
untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut
A.Maslow, Kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5 tingkatan :
1. Kebutuhan fisiologis ( physiological needs)
1. Kebutuhan fisiologis ( physiological needs)
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang
bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang
ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan.
Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak
dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia
yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh
kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah
tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa
aman (safety needs).
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan ( safety dan
security needs)
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan
keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa
diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya
kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan
kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya.
Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu
lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang
dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke
arah yang makin negatif.
3. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi,
maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love
needs). [Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan
mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin
setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai
kelompoknya sendiri, ingin punya “akar” dalam masyarakat. Setiap orang
butuh menjadi bagian dalam sebuahkeluarga, sebuah kampung,
suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa
sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa
dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan
harga diri orang yang bersangkutan.
4. Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah
terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam
kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan,
penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua
adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi,
kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang
terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya
diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus
untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self
actualization).
5.Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta
kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika
berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti
apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan,
mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
Manusia Sebagai Satu Kepribadian Mengandung Tiga Unsur
· ID,
kepribadian yang primitive dan tidak nampak yang merupakan libido murni
· EGO,
kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID dalam
saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER
EGO, muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara internal dalam
diri individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan
kesatuan standar-standar moral
Hakikat Manusia
· Makhluk
ciptaan TUHAN yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu-kesatuan utuh
· Makhluk
ciptaan TUHAN yang sempurna, disbanding makhluk yang lain, missal:
Perasaan
Intelektual Perasaan
Diri
Perasaan
Estetis Perasaan
Sosial
Perasaan
Etis Perasaan
Religius
· Makhluk
biokultural, ya’ni makhluk hayati yang budayawi
Sumber: